Home

February 28, 2006

Membagi Waktu ^_^

^_^ Membagi Waktu ^_^
------------------------------------

Assalamu`alaikum wr wb
Bismillahirohmanirohim...

Alhamdulillah bisa mengetik kembali dalam keadaan sehat walafiyath ^_^
hanya untuk berbagi cerita dengan kawan sejawat neh:D

terkadang kita sulit untuk membagi waktu dengan padatnya aktifitas kita. tetapi InsyaAlloh dicoba untuk berusaha mengatur waktu dan intinya berdoa. agar kita dapat mengatur waktu yang telah Alloh SWT berikan kepada kita. Aminn

saya pun tidak sadar bila waktu berjalan cepat bahkan terlalu cepat.
hihiih klo diingat2 memang saya anaknya jarang menyadari :P sesuatu interaksi saat itu :D.
semoga cerita ini dapat mencerahkan sejawat sekalian.

dimulai dari aktifitas pagi seperti biasa di rumah. sebelum berangkat kuliah nyuci baju dulu ( tanggung jawab. salah satu hoby juga). jadikan kerjaan itu suatu mainan bagi kita:d agar dapat menimkatinya ( terkadang merasa lelah dalam menghadapi rutinitas yg melelahkan itu.. sampe2 berfikir duhhh andaikan orkay. neh pakaian ke loundri or buang beli yg baru, waduh2 sayang2 yah dibuang or dikeloundri in. mending tuh dana buat keperluan yg lebih bermanfaat ( berfikir sederhanalah) ^_^. inilah gambaran hati baik dan hati buruk )

selesai mencuci... langsung prepare buat kekampus sudah lengkapkah bahan2 presentasi dan foto2 copy materi kuliah hari itu. jam 9.10 menuju kekampus.
datang dikampus dosen tumben tepat gak molor. tapi teman2 saya yang molor :d
akhirnya masuk lab jam 10.an..

Presentasi diLab seru.. sampe2 menimbulkan perdebatan. Subhanalloh tidak menjadikan suatu permusuhan indahnya kebersamaan. walau ane akhwat sendiri cuek saja pd ajah lg.. kadang gak pd jg seh :P gak enak body krn akhwat sendiri. pdhal sudah beda loh skrg gak seperti dulu maseh pake celana panjang.. so terkadang kita hijrah ke arah lebih baik itu butuh waktu dan pengorbanan ^_^.

Selesai mata kuliah dasar2 pemograman struktur. ada tambahan lain yg bulan kemarin dosen gak masuk2 dikarenakan sakit. ternyata batal( cancel lagi).. anaknya dosen sakit.. dapat berita dari teman yg disms dosen tersebut. kemudian kita mengumpulkan dana buat menengok anaknya dosen tersebut. subhanalloh Thank U Alloh telah memberikan kebersamaan ini dan keindahan ukhuwah ini ^_^.

giliran ke pasar beli buah2 deh saya.. rame banget deh teman2 di pasar:D....baru kali ini kita jalan kepasar bareng. dulu sama teman SMA skrg teman2 kampus yg masing memiliki aktifitas kerja. ketemu pun hanya sepekan 1 kali.

tidak menyangka akan dapat berkunjung kejadwal seharian itu:D hanya saja sudah memperkirakan jam2nya saja. tapi terkadang kita asik or ada istilah molor nah disinilah molor tidaknya. sudah diatur semuanya oleh Alloh SWT.

dirumah sakit saya menelephone teman, acara bedah buku dan nasyid izzatul-islam sudah selesai apa belum. alhamdulillah belum. jam 14.00 saya sudah Gedung islamic center. secara kebetulan mobil teman melewati Gedung islamic. acara selesai jam 15.30an ashar berkumandang . selesai ashar saya meluncur dengan menggunakan anggkot GP. menunggu angkot yg menyegat lumayan lama juga yah :d (sabar2).

dianggkot Telp kk sepupu saya. sudah mulaikah Selamat Rumah barunya. dan saya belum mengetahui rumah barunya jadi saya kerumah yang lamanya saja dulu.
sesampainya dirumah kk sepupu. bertanya kesemua saudara acara selamatanya sudah belum yah? dijwb oleh salah satu sdr. belum mulai jeh. * gubrak dot com* jadi kapan acaranya? Abis Magrib. soo dtg2 langsung disuguhkan makanan dibaskom2 yang musti dimasuk2an buat berkat :D horeee akhirnya ada mainan alias kerjaan gitu loh gak ngangur dan begong ^_^ berkat yg sekitar 200 lebihan itu akhirnya selesai jg sebelum magrib, nah giliran makan2 neh semua sdr. wah rame tenan :D

dari cerita diatas. saya gak bakal sadar bila tidak mengingat di hari senin ini.
akhirnya silaturahmi dengan Teman2 Pengajian bisa, silaturahmi dengan sdr2 juga bisa. bertemu dengan sdr dari dosen jg bisa krn kita dtg kerumah sakit, kebetulan sedang berkumpul juga keluarga dari dosen kami.
subhanalloh silaturahmi dapat terjalin dalam 1 hari dikarenakan Ridho Alloh dan KehendakNya. Aminn Ya Robal Allamin.

Kesimpulan:
Janganlah Sungkan bila ada acara Kumpul2 disitu kita dapat menjalin Ukhuwah mempererat Persaudaraan.

Sekian dan Terima kasih
kepada sejawat sekalian.
afwanminkum bila ada kehilafan dalam cerita
wassalamualalikum wr wb

February 16, 2006

Menikah Bukan Unjuk Prestasi

Assalamu`aliakum wr wb.
Nah klo disambungkan dengan artikel yg berjudul hmm menikah/ kuliah..?
* gubrak dot com* buat dijadikan penenang hati deh artikel dibawah ini.
selamat membaca yah pemirsa..

Menikah Bukan Unjuk Prestasi

Seorang muslimah dengan berkaca-kaca bercerita kepada saya bahwa ia
ingin segera menikah. Masalah itu begitu berat membebani pikirannya
bahkan mempengaruhi ibadahnya. Ia menjadi tidak tenang, shalat tidak
khusyu', juga sulit tidur. Kondisi fisiknya tentu jadi ikut terpengaruh.

Saya sedih mendengar curhatnya. Saya juga mencoba memahami
perasaannya. Tapi wajarkah jika hal ini mengacaukan segalanya?

Ketika kuliah saya berharap bisa menikah maksimal usia 25 tahun. Namun
Allah swt baru memberikan jodoh saat usia saya 27 tahun. Meski 'hanya'
2 tahun menanti, masa itu nyatanya tidaklah dapat dikatakan sebentar
untuk menguji kesabaran jika tanpa ketegaran, rasa percaya diri, bebas
dari prasangka dan perasaan tertekan. Satu hal yang membuat saya
selalu merasa bersyukur saat itu adalah, Allah menolong saya tetap
memiliki obsesi dan berkarya.

Seiring waktu, saya makin meyakini Allah bisa menjodohkan hamba-Nya
kapan saja. Tapi, seringkali Dia mempunyai rencana lain yang mesti
kita ambil hikmahnya sebanyak-banyaknya. Saya menyadari menikah bukan
prestasi yang harus dibanggakan. Bahagia mungkin benar, karena ia
adalah anugrah istimewa. Tapi merasa bangga dan lebih baik dibanding
orang lain, jelas tidak tepat. Apalagi dianggap segala-galanya.

Saya gemas mendengar seorang ummahat berujar kepada muslimah yang
usianya jauh lebih tua namun belum berkeluarga, ''Wah, kalau gitu saya
dong yang harusnya dipanggil 'Mbak'. Anak saya kan sudah tiga.'' Saya
saja tidak nyaman dengan ucapannya, apalagi yang bersangkutan? Saya
tidak tahu, apakah ia sudah kehilangan kepekaan? Atau, memang begitu
sifat manusia yang kerap di 'uji' dengan berbagai kemudahan dari Allah?

Seandainya tidak terlambat menemukan ungkapan indah dalam surat
Al-Kahfi ayat 46: ''Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik di
sisi Tuhanmu, serta lebih baik untuk menjadi harapan.'' Tentu saat itu
saya akan menyadarkannya untuk bersikap lebih dewasa.

Manusia boleh berharap banyak tapi tidak selalu bisa memilih.
Seandainya bisa pasti ia akan memilih yang 'enak-enak' berdasarkan
nafsunya. Inilah bagian dari mengimani takdir. Dalam masalah jodoh,
perspektif iman harus senantiasa dikedepankan. Banyaknya muslimah yang
belum menikah pada usia matang harus disikapi secara arif. Selain
harus dicari solusinya, muslimah sebaiknya melakukan pembekalan diri.
Semuanya tergantung kepadanya, apakah ia akan memandang sebagai ujian
ataukah kelemahan? Jika ujian, maka mencari hikmah sebanyak-banyaknya
akan lebih berkesan dan membahagiakan daripada mencemaskannya. Jika
dianggap kelemahan, tidak akan ada yang didapat selain perasaan tertekan.

Sudah selayaknya pula seorang muslimah memandang makna pernikahan dari
berbagai sisi. Saya mendengar sekarang ini banyak mahasiswi muslimah
tingkat I yang minta dicarikan pasangan oleh 'pembina'nya, karena
saking seringnya ia mendengar keindahan pernikahan digelar lewat
berbagai seminar di kampus.

Bukan melarang untuk memikirkan dunia pernikahan pada usia relatif
muda, tetapi yang jadi masalah adalah ketika harapan itu tidak segera
terwujud. Kondisi ini jika tidak diimbangi kematangan jiwa dapat
melemahkan semangat beraktivitas dan beribadah.

Agaknya, lebih positif jika muslimah membekali diri dengan cara
menggali potensi diri dan prestasi, agar ia memiliki kematangan
berpikir dan bisa menghargai diri sendiri, daripada hanya membayangkan
sesuatu yang ia sendiri tidak tahu kapan dapat terwujud.

Menikah adalah sunah Rasul dan ibadah, ia pun merupakan ladang jihad
muslimah. Saya yakin prestasi dan kualitas seorang muslimah sebelum
menikah berbanding lurus dengan kualitasnya sesudah menikah. Artinya,
kualitas seseorang setelah berumah tangga baik secara ruhiyah,
fikriyah maupun amaliah sangat dipengaruhi bagaimana sosoknya sebelum
menikah. Fenomena futur setelah menikah sering terjadi, karena
kurangnya pemahaman dan wawasan tentang pernikahan sejak masih lajang.
Karena pernikahan dianggap presatsi tertinggi yang bisa diraih.

Jika Allah memang belum mengabulkan apa yang kita harapkan, hiburlah
diri dengan prasangka tinggi bahwa semakin Allah menunda insya Allah
semakin baik kualitas yang akan Allah berikan suatu saat nanti karena
Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan kesabaran hamba-Nya. Bagi yang
sudah berkeluarga, selayaknya mensyukuri pernikahan dengan mengemban
amanah sebaik-baiknya. Kalaupun belum mampu memberikan solusi, menjaga
perasaan dan memiliki kepekaan kepada sesama adalah hal terbaik dalam
ikatan ukhuwah kita.


© Oktober, 2002 Ummigroup.co.id


===============================================================

Semua artikel pada milis ini bisa dilihat di http://prayoga.net/
situs-nya artikel dan cerpen (pra) pernikahan

================================================================

February 02, 2006

Kupinang Engkau Dengan Hamdalah

Assalamu`allaikum wr wb.
Bismillahirohmanirohim.

lagi2 artikel ini mengingatkan teman chat dan sekaligus teman akrab ane. dan ada kisah nyatanya ane melihat pengalaman hidup ini langsung dan real Subhanalloh... dan alhamdulillah udah pernah kopdar.. dengan teman char ane ^_^
ya Alloh... ane hanya dapat menangis melihat kejadian ini. ternyata ikhwan itu terkadang .... (hmm hanya dapat menghembuskan nafas.. dan mengucapkan Astagfirullah)
Mari Kita simak artikel dibawah ini.
dikutip dari: http://pernikahan.dudung.net/artikel_detail.php?id=11

Kupinang Engkau Dengan Hamdalah

Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah diciptakannya pasangan-pasanganmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung padanya. Dan Allah menjadikan di antara kalian perasaan tenteram dan kasih sayang. Pada yang demikian ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

Ketika tiba masa usia aqil baligh, maka perasaan ingin memperhatikan dan diperhatikan lawan jenis begitu bergejolak. Banyak perasaan aneh dan bayang-bayang suatu sosok berseliweran tak karuan. Kadang bayang-bayang itu menjauh tapi kadang terasa amat dekat. Kadang seorang pemuda bisa bersikap acuh pada bayang-bayang itu tapi kadang terjebak dan menjadi lumpuh. Perasaan sepi tiba-tiba menyergap ke seluruh ruang hati. Hati terasa sedih dan hidup terasa hampa. Seakan apa yang dilakukannya jadi sia-sia. Hidup tidak bergairah. Ada setitik harapan tapi berjuta titik kekhawatiran justru mendominasi.

Perasaan semakin tak menentu ketika harapan itu mulai mengarah kepada lawan jenis. Semua yang dilakukannya jadi serba salah. Sampai kapan hal ini berlangsung? Jawabnya ada pada pemuda itu sendiri. Kapan ia akan menghentikan semua ini. Sekarang, hari ini, esok, atau tahun- tahun besok. Semakin panjang upaya penyelesaian dilakukan yang jelas perasaan sakit dan tertekan semakin tak terperikan. Sebaliknya semakin cepat / pendek waktu penyelesaian diupayakan, kebahagiaan & kegairahan hidup segera dirasakan. Hidup menjadi lebih berarti & segala usahanya terasa lebih bermakna.

Penyelesaian apa yang dimaksud? Menikah! Ya menikah adalah alat solusi untuk menghentikan berbagai kehampaan yang terus mendera. Lantas kapan? Bilakah ia bisa dilaksanakan? Segera! Segera di sini jelas berbeda dengan tergesa- gesa. Untuk membedakan antara segera dengan tergesa- gesa, bisa dilihat dari dua cara :

Pertama, tanda-tanda hati. Orang yang mempunyai niat tulus, kata Imam Ja'far, adalah dia yang hatinya tenang, sebab hati yang tenang terbebas dari pemikiran mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari upaya membuat niat murni untuk Allah dalam segala perkara. Kalau menyegerakan menikah karena niat yang jernih, Insya Allah hati akan merasakan sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat menghadapi masalah-masalah yang harus diselesaikan. Kita merasa yakin, meskipun harapan & kekhawatiran meliputi dada. Lain lagi dengan tergesa-gesa. Ketergesaan ditandai oleh perasaan tidak aman & hati yang diliputi kecemasan yang memburu.

Kedua, tanda-tanda perumpamaan. Ibarat orang bikin bubur kacang hijau, ada beberapa bahan yang diperlukan. Bahan paling pokok adalah gula & kacang hijau. Jika gula & kacang hijau dimasukkan air kemudian direbus, maka akan didapati kacang hijau tidak mengembang. Ini namanya tergesa-gesa. Kalau gula baru dimasukkan setelah kacang hijaunya mekar ini namanya menyegerakan. Tapi kalau lupa, tidak segera memasukkan gula setelah kacang hijaunya mekar cukup lama orang akan kehilangan banyak zat gizi yang penting.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda : "Tiga orang yang selalu diberi pertolongan Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar & seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya" (HR Thabrani)

Banyak jalan yang dapat menghantarkan orang kepada peminangan & pernikahan. Banyak sebab yang mendekatkan dua orang yang saling jauh menjadi suami istri yang penuh barakah & diridhai Allah. Ketika niat sudah mantap & tekad sudah bulat, persiapkan hati untuk melangkah ke peminangan. Dianjurkan, memulai lamaran dengan hamdalah & pujian lainnya kepada Allah SWT. Serta Shalawat kepada Rasul-Nya. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Setiap perkataan yang tidak dimulai dengan bacaan hamdalah, maka hal itu sedikit barakahnya (terputus keberkahannya)" HR Abu Daud, Ibnu Majah & Imam Ahmad.

Setelah peminangan disampaikan, biarlah pihak wanita & wanita yang bersangkutan untuk mempertimbangkan. Sebagian memberikan jawaban segera, sebelum kaki bergeser dari tempat berpijaknya, sebab menikah mendekatkan kepada keselamatan akhirat, sedang calon yang datang sudah diketahui akhlaqnya, sebagian memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa memberi kepastian apakah pinangan diterima atau ditolak, karena pernikahan bukan untuk sehari dua hari.

Apapun, serahkan kepada keluarga wanita untuk memutuskan. Mereka yang lebih tahu keputusan apa yang terbaik bagi anaknya. Anda harus husnudzan pada mereka. Bukankah ketika meminang wanita berarti anda mempercayai wanita yang diharapkan oleh anda beserta keluarganya.

Keputusan apapun yang mereka berikan, sepanjang didasarkan atas musyawarah yang lurus, akan baik dan Insya Allah memberi akibat yang baik bagi anda. Tidak kecewa orang yang istikharah & tidak merugi orang yang musyawarah. Maka apapun hasil musyawarah, sepanjang dilakukan dengan baik, akan membuahkan kebaikan. Sebuah keputusan tidak bisa disebut buruk atau negatif, jika memang didasarkan kepada musyawarah yang memenuhi syarat, hanya karena tidak memberi kesempatan kepada anda untuk menjadi anggota keluarga mereka. Jika niat anda memang untuk silaturrahim, bukankah masih tersedia banyak peluang untuk menyambung?

Anda telah meminangnya dengan hamdalah, anda telah dimampukan datang oleh Allah Yang Maha Besar. Dia-lah Yang Maha Lebih Besar. Semuanya kecil. Ada pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabbah tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan : "Jika pinangan kami anda terima, kami ucapkan Alhamdulillah. Dan kalau anda menolak, maka kami ucapkan Allahu Akbar." Maka, kalau pinangan yang anda sampaikan ditolak, agungkan Allah, semoga anda tetap berbaik sangka kepada Allah & juga kepada keluarganya. Sebab bisa jadi, penolakan merupakan jalan pensucian jiwa dari kedzaliman diri sendiri, bisa jadi penolakan merupakan proses untuk mencapai kematangan, kemantapan & kejernihan niat. Sementara ada banyak hal yang dapat mengotori niat. Bisa jadi Allah hendak mengangkat derajat anda, kecuali anda justru malah merendahkan diri sendiri. Tapi hati perlu diperiksa, jangan-jangan perasaan itu muncul karena ujub.

Kekecewaan, mungkin saja timbul. Barangkali ada perasaan yang perih, barangkali juga ada yang merasa kehilangan rasa percaya diri saat itu. Ini merupakan reaksi psikis yang wajar, kecewa adalah perasaan yang manusiawi, tetapi ia harus diperlakukan dengan cara yang tepat agar ia tidak menggelincirkan ke jurang kenistaan yang sangat gelap. Kecewa memang pahit. Orang sering tidak tahan menanggung rasa kecewa, mereka berusaha membuang jauh-jauh sumber kekecewaan. Sekilas nampak tidak ada masalah, tetapi setiap saat berada dalam kondisi rawan. Perasaan itu mudah bangkit lagi dengan rasa sakit yang lebih perih. Dan yang demikian tidak dikehendaki Islam. Islam menghendaki kekecewaan itu menghilang perlahan-lahan secara wajar. Sehingga kita bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih lama.

Kalau anda merasa kecewa, periksalah niat anda. Dibalik yang dianggap baik, mungkin ada niat yang tidak lurus. Periksalah motif-motif yang melintas dalam batin. Selama peminangan hingga saat menunggu jawaban. Kemudian biarkan hati memproses secara wajar sampai menemukan kembali ketenangan secara mantap.

Tetapi kalau jawaban yang diberikan oleh keluarga wanita sesuai harapan, berbahagialah sejenak. Bersyukurlah. Insya Allah kesendirian yang dialami dengan menanggung rasa sepi sebentar lagi akan menghapus kepenatan selama di luar rumah. Insya Allah sebentar lagi.

Tunggulah beberapa saat. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk melakukan apa saja yang menjadi hak anda bersamanya. Akan tiba masanya anda merasakan kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita yang telah mempercayakan kesetiaannya kepada anda. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk menemukan pangkuannya ketika anda risau.

Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata hati. Melalui pernikahan Allah memberikan banyak keindahan & kemuliaan. Wanita boleh menawarkan Islam memberikan penghormatan yang suci kepada niat & ikhtiar untuk menikah. Nikah adalah masalah kehormatan agama, bukan sekedar legalisasi penyaluran kebutuhan biologis dengan lawan jenis. Islam memperbolehkan kaum wanita untuk menawarkan dirinya kepada laki-laki yang berbudi luhur, yang ia yakini kehormatan agamanya, dan kejujuran amanahnya menjadi suaminya. Dan Khadijah r.a atas teladan bagi wanita yang bermaksud untuk menawarkan diri.

Sikap menawarkan diri menunjukkan ketinggian akhlaq & kesungguhan untuk mensucikan diri. Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah & untuk mendapatkan pahala-Nya, Allah pasti mencatatnya sebagai kemuliaan & mujahadah yang suci. Tidak peduli tawarannya diterima atau ditolak, terutama kalau ia tidak mempunyai wali. Insya Allah, jika sikap menawarkan diri dilakukan dengan ketinggian sopan santun, tidak akan menimbulkan akibat kecuali yang maslahat. Seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan yang mendalam pasti akan meninggikan penghormatan seperti ini, kecuali laki-laki yang rendah & tidak memiliki kehormatan, kecuali sekedar apa yang disangkanya sebagai kebaikan.

Imam Bukhari menceritakan cerita dari Anas r.a ada seorang wanita yang datang menawarkan diri kepada Rasulullah SAW dan berkata : "Ya Rasulullah! Apakah baginda membutuhkan daku?" Putri Anas yang hadir & mendengarkan perkataan wanita itu mencela sang wanita yang tidak punya harga diri & rasa malu, "Alangkah sedikitnya rasa malunya, sungguh memalukan, sungguh memalukan." Anas berkata kepada putrinya : "Dia lebih baik darimu, Dia senang kepada Rasulullah SAW lalu dia menawarkan dirinya untuk beliau!" (HR Bukhari)

________
M. Faudzil `Adhim


Hmm...Menikah /Kuliah Ya?(duh neh Artikel Gue Bgt Gitu loh :P)

Assalamu`allaikum wr wb
Bismillahirohmanirohim
* nonjok dihati banget nehhh... bedanya ane akhwat di artikel bawah ini ikhwan.... sooooo hmmm jg deh seperti judulnya. posisi skrg ya antara bingung gitu deh....
sampe2 cuek dengan ikhwan dan bila ada ikhwan yg membicarakan nikah ane mulai kabur deh^_^... Alhamdulillah setelah melewati masa umur 23 tahun ane gak kabur2an lagi deh.. tapi ada rasa sedih seh .. saking cueknya ane ..... ada ikhwan yg bilang "abis dv ditembak gak mau seh" * degggg dihati berbicara dan pikiranpun berjalan mengingat kpn dan dimana wktnya yah* hueheue di selidiki ternyata belum nembak :P koq bahasanya nembak seh :d bingung deh ane, emang ane tampang ABG apa yah?:D bahasanya Nembak :P... atau ane yg imut= item mutlak...^_^. hmm entah telat entah bagaimana ane menyadarinya. jadi telat dehhh...... ikhwannya sudah mau khitbah tuhh.. jadii bye bye deh ....... dalam hati hanya dapat mendoakan dia agar menjadi keluarga SAMARA. dan bukan rezeki dan jodoh ane.. jadi ikhlaskan saja deh.. dan udah ada 2 ikhwan atau lebih yah ane lupa ;)) maklum banyak fans :P( tidak bermaksud takabur nanti kabur deh :D) toh kehidupan didunia gak kekal. yg kekal adalah diakherat.. so ane skrg lagi ngumpulin DANA+Tabungan buat di akherat ^_^ bukan buat nikah ajeee yeee inget loh.. tapi dipikir2 lagi orang yang ingin menuju pernikahan jg TOP. krn nanti ibadahnya tambah berlipat2 ganda :d .hmm rata2 orang yg singel kerja pasti kumpul2 buat nikah.. hmm memang seh... perlu juga kumpul2 agar tidak merepotkan keluarga.. itu bagus sikap yg mandiri tapi jgn sampe kita lupa diri deh.. alias gak mikir ibadah kita ke keluarga kita ( bpk ibu, kk dan saurdara2 lainya). rata2 orang nikah banyak kebingungan dan banyak pikiran jadi pikiran jernih terkadang bila menghadapi masalah antara keluarga sendiri dan keluarga sang calon, tanpa sadar kita sudah ada sedikit pikiran yg kacau :).. mari memanagement pikiran kita. ( dalam hati...kyk yg mau nikah ajeee.... hueheuhe pdhal lom rasain gimana rasanya mendekati pernikahan ;)) heuehueheu kocak jg neh pikiran dan hati , nanti jg menghadapi hal seperti itu. jadi ini buat ancang-ancang. emang kuda kali yeeee :P). intinya siap gak siap yah musti siap dehh klo emang Alloh SWT sudah berkehendak :)

ok selanjutnya kita simak artikel ini [gaya seperti MC radio Amatiran =)) ]
dikutip dari: http://pernikahan.dudung.net/artikel_detail.php?id=13

Hmm...Menikah atau Kuliah Ya?

Menikah di kala kuliah enak gak ya? Setelah capek, berkutat dengan buku-buku, 'killer'-nya dosen, tugas-tugas yang gak bosan menanti, tampang kita yang kucel banget, tapi saat di rumah bisa segar lagi lho. Kebayang, ada istri yang menanti, anak yang ribut cerita-cerita, lalu makan bareng, wah...uenak tenan!!!

Tapi ada juga yang sebaliknya, nah lho! Udah capek di kampus, pulang-pulang ke rumah, rumah laksana kapal pecah, anak-anak pada berantem, nangis, wah...kaya' ginian sepet nih. Belum lagi saat tibanya masa ujian semester, wuaah, hiks...hiks...jadi ingin nangis. Perasaan, kok nikah malah jadi sengsara ya.

Jadi idealnya gimana dong? Nyelesaikan kuliah dulu, baru menikah, atau sambil kuliah juga menikah. Ada lho yang berhasil, dalam artian 'berani menikah' dan prestasi tetap dapat diraih. Tapi ya...itu, ada pula yang sebaliknya. Gedubrak! Jadi bingung deh! Masalahnya cinta tak kenal waktu lho, ia hadir begitu saja, gak peduli dengan status kita sebagai mahasiswa.

Ada pula contoh kasus lain, aktifis dakwah kampus, karena 'dipanas-panasin' ama sesama aktifis, berani menikah, prestasi kuliah pun bagus, namun futur di jalan dakwah. Lainnya, belum berani menikah dengan alasan menikah akan mengganggu kuliah dan aktifitas dakwah. Hmm...bingung ya. Duh...cinta...cinta, kok gak tau sih kalau saya masih kuliah! Nikoniko (smiles)

Ikhwah fillah yang disayang Allah Subhanahu wa Ta'ala...

Masalah-masalah diatas bukan hanya terjadi pada antum saja lho, banyak banget kasus seperti ini. Karena itu dalam Islam kita kenal istilah Fiqih Muwazanah, atau fiqih untuk membuat pertimbangan-pertimbangan praktis. Atau kerennya sih, kaedah fiqih ini bisa untuk membuat pertimbangan-pertimbangan praktis. Misalnya nih, mana dulu yang penting sih antara menikah saat masih kuliah atau setelah selesai kuliah baru menikah. Atau lagi, berdakwah melalui cara menikah atau lebih mudah berdakwah dengan tidak menikah terlebih dahulu.

Buat 'kalangan atas', kaidah fiqih ini sering digunakan juga di kalangan aktifis dakwah yang hendak menikah lagi (ta'addud atau poligami). Pertimbangan mereka sih memang udah beda, mereka mikirnya dengan alasan dakwah perlu menambah seseorang atau lebih gak ya, di samping seorang istri yang udah jadi pendampingnya. Nyambung gak? Kalau gak nyambung di-EGP-in aja, karena ini 'pembicaraan kalangan atas', lha 1 aja belum ada, udah bicara ta'addud. he...he...

Wah...akhwat bisa sensitif nih! Kalem...kalem...Tausyiah ini baru membahas tentang menikah sambil kuliah kok, belum ta'addud-ta'addud-an. Ntar kalau masing-masing udah punya 1, baru deh. Glek!


Terkait dengan masalah di atas, kita lihat yuk, bagaimana Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah (juz 2 hal. 12-15, Darul Fikri, tahun 1412 H/1992 M) menjelaskan tentang menikah ini.

Dari buku tersebut, kita bisa membuat khulashah (rangkuman) dari pandangan ulama diatas, yaitu:

1. MENIKAH HUKUMNYA WAJIB
Artinya, jika dilakukan menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala ridho, dan pelakunya mendapatkan pahala, dan jika tidak dilakukan menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala murka dan yang meninggalkannya mendapatkan dosa. Nah, kapan menikah menjadi perbuatan wajib? Yaitu, apabila memenuhi hal-hal berikut ini:
- Dirinya telah memiliki kemampuan, baik materiil maupun biologis.
- Nafsu dan jiwanya telah menggelora.
- Terancam atau khawatir terjerumus dalam perzinahan.

2. MENIKAH HUKUMNYA SUNNAT
Bisa sunnat juga lho, artinya jika dilakukan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Menikah menjadi perbuatan sunnat, jika kondisinya adalah sebagai berikut:
- Dirinya telah memiliki kemampuan, baik materiil maupun biologis.
- Nafsu dan jiwanya telah menggelora.
- Tidak ada kekhawatiran dalam dirinya (atau merasa aman) dari perzinahan.

3. MENIKAH HUKUMNYA HARAM
Wuah...menikah kok hukumnya haram ya? Iya, yaitu jika kondisinya adalah:
- Tidak memiliki kemampuan, baik materiil maupun biologis.
- Nafsu dan jiwanya sudah menggelora.

Kalau emang kondisinya kaya' gini, maka yang mestinya dilakukan adalah hendaklah dia memperbanyak berpuasa dan menyiapkan diri untuk memiliki dua kemampuan di atas, serta menjaga kesucian dirinya.

4. MENIKAH HUKUMNYA MAKRUH
Menikah juga ada yang makruh ya? Yup! Yaitu apabila kondisinya adalah:
- Tidak memiliki kemampuan, baik materiil maupun biologis.
- Nafsu dan jiwanya sudah menggelora.
- Pihak wanitanya menerima kondisi ini.

5. MENIKAH HUKUMNYA MUBAH ATAU JAIZ ATAU BOLEH
Maksudnya, jika kondisi seseorang biasa-biasa saja, tidak ada kondisi yang mewajibkan atau mensunnatkan, dan tidak ada pula kondisi yang mengharamkan atau memakruhkan.

Nah...sekarang udah tahu-kan, bahwa dalam fiqih Islam, hukum pernikahan ada yang wajib, sunnah, makruh, haram, dan mubah. Ini sesuai dengan keadaan yang bersangkutan lho, artinya tiap orang bisa beda-beda kan.

Sekarang coba merenung deh, atau berdiri depan cermin, kira-kira yang di cermin itu pada posisi mana ya. Hmm...mikir-mikir!

Kalau udah mikir, lalu kesimpulannya bahwa posisi sekarang adalah posisi kedua, maka menurut Ustadz Musyaffa A. Rahim, Lc ada 1 lagi pertimbangan yang harus dilakukan. Wuah...ribet banget sih mau nikah aja! Gak kok, menurut beliau pertimbangan apabila antum pada posisi kedua, yaitu apakah dengan menikah nanti, kuliah akan terganggu atau terhenti?

Kalau menikah akan mengganggu kuliah, dalam artian gangguan serius seperti cuti, apalagi sampai terhenti, maka menikah saat sekarang ini tidaklah masuk kategori sunnat (kedua), namun sebaliknya, yaitu makruh (keempat). Karena menurut beliau lagi, menuntut ilmu hukumnya wajib, sementara menikah pada kondisi seperti diatas 'hanyalah' sunnat.

Gimana kalau dalam perhitungan, menikah gak akan menjadi gangguan serius terhadap perkuliahan, bahkan akan menjadi faktor kesuksesan, maka menikah pada kondisi ini paling tidak hukumnya adalah sunnat, bahkan bisa menjadi wajib lho, wallahu a'lam.

Termasuk dalam hal ini, jika udah mikir-mikir sebenarnya sih ada pada posisi makruh (keempat), namun ada akhwat yang mengajak menikah, ehm...ehm...bahkan akhwat itu ngasih jaminan untuk tidak mengganggu perkuliahan, malah mau bantu-bantu, iih...ureshii (senang banget), maka kondisi makruh bisa jadi sunnat. Sebab faktor yang memakruhkannya telah hilang dengan adanya jaminan itu.

Namun lagi-lagi Ustadz Musyaffa menyarankan kepada para ikhwan untuk berpegang pada sifat rujulah (kejantanan), jadi bukan mengandalkan atau menyandarkan diri pada jaminan pihak akhwat. Bukan gak percaya pada jaminan akhwat lho, namun demi menjaga sifat rujulah tersebut. Iya dong, ikhwan itu kan calon 'qowwam'-nya akhwat dan jundi-jundinya di keluarga! Jadi tunjukkan tuh sifat rujulah!

Kalau udah pada posisi sunnat, maka segera diskusikan dengan orang tua, agar ada tafahum dalam hal ini, jadi kamu puas orangtua pun qana'ah dengan keputusan menikah.

Jadi buruan merenung, mikir...mikir...kalau udah pada posisi emang harus menikah, jangan 'mbulet' lho, pake' alasan sana-sini. Karena kalau sebenarnya udah dalam posisi sehat dan mampu, dan belum menikah maka kata Rasulullah SAW, "Ia adalah termasuk teman setan, atau mungkin termasuk golongan pendeta Nasrani, karena sunnah kami adalah menikah. Orang yang paling buruk diantara kamu adalah mereka yang membujang. Orang mati yang paling hina di antara kamu adalah orang yang membujang." [HR Ibnu Atsir dan Ibnu Majah]

Syeeerem kan! Makanya jangan pake 'mbulet-mbuletan!'

Bukankah dengan menikah, mereka akan disejajarkan Rasulullah SAW dengan mujahid fii sabilillah yang dijanjikan akan mendapat pertolongannya! Karena ada tiga golongan yang menjadi keharusan Allah untuk membantu mereka; orang yang menikah untuk memelihara kesucian diri, budak yang hendak membayar kemerdekaan dirinya, dan orang-orang yang berperang di jalan Allah. [HR Ahmad, Turmudzi, an-Nasa'i dan Ibnu Majah]

Tuh...subhanallah ya, nunggu apa lagi! Kalau udah siap lahir bathin, ikrarkan cinta dengan menikah!

Selamat berjuang akhi, jangan takut mengambil keputusan kalau udah siap (walaupun antum masih kuliah), karena akhwat lebih memilih para ikhwan yang berani mengajaknya menikah untuk bersama mengharapkan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta'ala, daripada yang suka 'mbulet-mbuletan!'

Doa ana dan istri untuk kemudahan antum...

Wallahu a'lam bi showab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

----------------------
Penulis/Sumber : Abu Aufa
Pengirim : Ferry Hadary
Email : ferryhadary@yahoo.com